Teknologi Mesin Tetas Telur

Posted by Najib Aradhana on Friday, September 16, 2022

Teknologi Mesin Tetas Telur

screenshot Mesin tetas atau inkubator merupakan alat yang sangat berperan dalam usaha peternakan dan pembibitan unggas, baik unggas produksi maupun unggas hobi, dimana dengan berbagai keunggulannya dibanding penetasan secara alami menjadikan mesin tetas kian banyak dipakai.

Teknologi mesin tetas pun terus mengalami perkembangan pesat, walau asalnya dibuat secara sederhana, baik bahan maupun sistem kerjanya, dimana mesin tetas semula hanya berupa mesin manual, kemudian berkembang menjadi semi otomatis hingga full otomatis yang mampu membantu mempercepat perkembangbiakan unggas lebih efektif dan efisien. Adapun manfaatnya sebagai berikut:

  • Tingkat keberhasilan telur yang menetas lebih besar, yaitu 80-90 % (secara alami hanya mencapai 50-60 %).

  • Daya hidup ana kayam/itik hasil penetasan dengan mesintetas lebih tinggi disebabkan perubahan suhu dari dalam telur ke lingkungan luar telur yang tidak terlalu ekstrim.

  • DOC yang diproduksi dalam jumlah yang banyak pada waktuber samaandan kapasitas penetasan dapat diperbanyak sesuai dengan jumlah telur yang siap ditetaskan (Nafiul dkk., 2014).

  • Periode pengeraman padaindukakan hilang,sehingga indukakan lebih produktif dan mampu menghasilkan telur lebih banyak selama masa hidupnya.

  • Penetasan telur dapat dilakukan terus-menerus tanpa terganggu oleh perubahan cuaca, karena telur ditempatkan di ruang khusus.

  • Kontrolterhadapkualitastelurlebihmudahdilakukandanterhindardarikontaminasi bakteri atau bibit patogen lainnya.

Mesin tetas dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan sistem kerja, kapasitas menampung telur, dan kelengkapan komponennya, berikut penjelasannya:

  1. Mesin tetas tradisional screenshot

Sistem kerja mesin ini masih sederhana dengan proses pembalikan telurnya masih dilakukan dengan tangan. Selain itu, hanya terdiri dari ruangan tempat telur dan sumber panas. Mesin ini akan cocok untuk skala produksi anak ayam/itik (DOC/DOD) dalam jumlah kecil atau skala rumah tangga. Biasanya berkapasitas sekitar 50-200 butir telur per unit. Sumber panas biasanya berasal bahan sederhana dengan biaya terjangkau, seperti lampu bohlam, petromak yang berbahan bakar minyak tanah atau tungku api yang berbahan bakar sekam padi.

  1. Mesin tetas semi otomatis screenshot

Mesin tetas semi otomatis merupakan pengembangan dari mesin tetas tradisional, dimana kapasitasnya yang lebih besar (sekitar 200-700 butir telur). Bahkan terdapat tipe mesin tetas semi otomatis dengan kapasitas lebih besar lagi mencapai 1.000-1.200 butir telur, yang dilengkapi alat pengatur suhu dan kelembapan. Ada pula mesin tetas semi otomatis yang lebih lengkap lagi, yakni dengan memakai pemanas kawat buatan pabrik. Mesin tetas ini dilengkapi tuas pemutar di luar mesin, sehingga pembalikan telur tidak perlu membuka ruangan inkubator karena cukup dengan memutar tuas tersebut. Cara ini relatif lebih efektif dan aman dibandingkan mesin tetas manual.

  1. Mesin tetas otomatis screenshot Mesin tetas ini memiliki sistem kerja dan kelengkapan komponen yang lebih mutakhir dibandingkan dengan kedua mesin tetas terdahulu, di mana terdapat pengatur suhu dan kelembapan yang bekerja digital dan serba otomatis. Mesin tetas ini dilengkapi dengan timer dan didesain agar telur-telur dapat diputar secara otomatis berdasarkan waktu yang sudah diatur sebelumnya. Kapasitas mesin tetas otomatis di pasaran beragam mulai dari 100 butir untuk skala usaha rumah tangga hingga 1.000-5.000 butir telur per unit. Dengan mesin otomatis ini, daya tetas juga semakin tinggi. Medion juga mengembangkan produk Mini Incubator dengan sistem kerja full automatic dari mulai dinyalakan hingga proses panen. Kapasitasnya 100 butir per unit dan bisa digunakan untuk proses setter (ruang pengeraman) sekaligus hatcher (ruang penetasan).

Penggunaan Mesin Tetas

  • Persiapan telur, pastikan telur yang akan ditetaskan masuk kategori telur fertil yang dibuahi pejantan, baik melalui perkawinan alami maupun kawin suntik (IB). Pilih telur yang berukuran standar untuk telur ayam ras 55-65 gram, ayam kampung 35-45 gram, itik 60-74 gram dan puyuh 9-11 gram. Kemudian pilih telur yang cangkangnya bertekstur halus dan licin, tidak retak dan tidak berlubang, hindari telur yang cangkangnya terlalu tebal (warnanya gelap), yang cangkangnya tipis (warna terang). Telur berumur tidak lebih dari tujuh hari sejak dikeluarkan dari tubuh ayam. Telur sebelum ditetaskan disimpan di tempat sejuk (suhu 16- 17° C) karena bila disimpan pada suhu 31-32° C embrio akan berkembang dan setelah dimasukkan ke mesin tetas embrio akan mati. Telur cukup dibersihkan dengan lap kering karena bila dicuci dikhawatirkan zat antibakteri pada cangkang rusak/hilang dan untuk telur yang kotor atau tidak bagus segara lakukan afkir.

  • Persiapan mesin tetas, antara lain letakkan mesin tetas di lantai datar, tidak sering dilewati orang, terhindar dari sorotan cahaya matahari langsung, terhindar dari tetesan air hujan, jauh dari sumber suara yang menghasilkan getaran dan pastikan semua displai menyala. Masukkan air ke dalam nampan, lalu masukkan ke bagian terbawah rak telur. Biarkan mesin tetas menyala selama 3 jam, lalu buka pintu mesin tetas selama 15 menit dan telur tetas siap dimasukkan.

  • Proses penetasan, dimana lama proses penetasan dengan mesin tetas sama waktu dibutuhkan dengan lama induk unggas mengerami telurnya, lihat tabel:

Periode Pengeraman Telur

Jenis Unggas Lama Pengeramaan (Hari)
Ayam 21
Itik 28
Puyuh 16
Entok(Itik Manila) 35
Angsa 40
Angsa 18

Untuk tahapan pengoperasiaan penetasan telur, sebagai berikut:

  • Memasukkan telur ke dalam mesin tetas, dimana langkah pertama ialah memasukkan telur yang terseleksi ke dalam rak dengan posisi tidur atau berdiri. Bila diposisikan berdiri pastikan bagian yang tumpul (berongga udara) berada di bagian atas.

  • Peneropongan telur (candling), yang dilakukan di ruang gelap sebanyak tiga kali selama proses penetasan telur ayam dan itik, yaitu pada hari ke-3, ke-7 dan ke-14. Peneropongan pada hari ke-3 bertujuan untuk menyeleksi telur yang infertil (tidak dibuahi pejantan) dengan menggunakan alat candler. Bila telur saat peneropongan terlihat terang/jernih dan tidak ada gumpalan hitam, berarti telur termasuk infertil dan segera diafkir untuk dimanfaatkan sebagai telur konsumsi. Bila telur terlihat ada gumpalan darah berbentuk cincin berarti telur termasuk fertil tetapi embrionya telah mati dan segera afkir. Peneropongan pada hari ke-7 bertujuan untuk seleksi embrio. Pada telur dengan embrio yang hidup dan berkembang, memperlihatkan adanya saluran syaraf darah dan denyut jantung, sedangkan telur dengan embrio yang mati menampakkan tidak terbentuknya saluran syaraf darah dan hanya terihat bercak darah tidak beraturan. Peneropongan hari ke-14 bertujuan juga mencari telur berembrio mati yang ditandai adanya bercak putih di sekitar ruang udara dan tidak dapat menjadi telur konsumsi lagi karena embrio sudah terbentuk dan membusuk, namun masih bisa dimanfaatkan untuk pakan ikan.

  • Pemutaran rak telur (turning), dilakukan mulai hari ke-4 setelah telur masuk ke mesin pengeraman (setter) dan tidak ada standar harus diputar berapa kali perhari, namun untuk telur ayam dan itik umumnya diputar 1,5 jam sekali, sedang untuk telur puyuh dan telur burung tiap 1 jam sekali. Menjelang telur menetas pemutaran rak telur dihentikan, pada telur ayam dihentikan pada hari ke-18, pada telur itik dihentikan pada hari ke-26, telur puyuh petelur pada hari ke-21, telur puyuh pedaging pada hari ke-15 dan telur merpati pada hari ke- 16. Selanjutnya telur dipindahkan ke mesin/kotak penetasan (hatcher).

  • Pengaturan sirkulasi udara (ventilasi), saat pertama kali telur dimasukkan ke dalam mesin tetas, lubang udara di bagian atas mesin tidak dibuka agar kelembapan dalam ruangan mesin tetas tidak menurun karena dapat mengakibatkan telur mengering (kehilangan kelembapan sebelum waktunya). Penutup lubang udara boleh dibuka pada hari ke-3 setelah telur masuk mesin tetas.

  • Penambahan air pada nampan, dimana selama proses penetasan berlangsung air dalam nampan jangan sampai habis, oleh karena itu perhatian/kontrol terhadap air dalam nampan perlu dilakukan berkala. Sebagai patokan, nampan wajib terisi air minimal 3/4 dari ketinggian nampan (75% dari kapasitas nampan. Hindari terjadinya tumpahan air saat penambahan air karena dapat menyebabkan tingkat kelembapan berlebih.

  • Pemeliharaan setelah menetas, yaitu setelah menetas unggas dibiarkan dalam hatcher sampai seluruh bulunya kering, kemudian segera dikeluarkan agar tidak mengalami dehidrasi. Pindahkan ke dalam kandang brooding yang dilengkapi lampu/bohlam penghangat dan semua dinding tertutup kecuali bagian atas dilengkapi kawat untuk ventilasi.

VOLTUNES

真诚赞赏,手留余香

使用微信扫描二维码完成支付